Sunday, July 8, 2012

Jadi PNS dengan SUAP = HARAM + BODOH

         Eits jangan terpancing dulu, jangan menilai dari judulnya aja. Oke, mengapa saya bilang jadi PNS itu pekerjaan haram?. Hmm, dulu jadi PNS itu kerjaan halal, kakek2 kita dulu orang gak mau jadi PNS, jadi petani lebih menjanjikan. Tapi sekarang orang pada berebut jadi PNS karena jaminan masa tua. 
        Nah disinilah letaknya,dikampung saya tidak banyak lapaangan pekerjaan yang tersedia, ada 3 jenis pekerjaan di kampung saya, PETANI, PEDAGANG dan PNS dan sudah menjadi rahasia umum di kampung saya ataupun sebagian besar daerah lain, kalo mau jadi PNS harus bayar uang rata2 di atas 100 juta. Sekarang saya bertanya kepada pembaca, Apakah mendapatkan pekerjaan dengan membayar uang alias sogok/suap etc adalah HALAL? Tetangga saya ampe ngegadain rumah ama jual sawah buat anaknya jadi PNS, ane gak abis piker gimana bisa kita berkorban untuk sebuah pekerjaan dengan gaji maks 4 juta/ bulan, itupun kalau sudah lbh 20 tahun bekerja, kalau yang baru jadi paling juga 1,8 jt. Kalo nabung berapa tahun bakalan balik modal? 20 atau 25 tahun? kalo sakit atau kecelakaan dan biaya tak terduga gimana coba. Bandingkan aja sama orang yang berwira usaha, paling lama 2 tahun udah balik tuh modal. 
        Mendapatkan sebuah pekerjaan dengan membayarkan sejumlah uang tertentu sebagai jaminan adalah haram hukumnya, ada yg berkelit untuk adminsitrasi dsb,,berarti uang puluhan atau ratusan juta itu adalah biaya adminstrasi termahal sejagad raya, kl uang juga paling berapa puluh ribu. Udah jadi PNS nih tapi byr duit ratusan juta dulu, jadi gaji yang kita dapat setiap bulan adalah haram, bagaimana mungkin pekerjaan yang kita dapat dengan cara yang haram menghasilkan uang yang halal. Dengan uang itukah kita menafkahi istri dan anak kelak? saya gak akan melakukan itu. Itukah yang dinamakan jaminan masa tua? Silahkan makan itu uang haram sampe tua, gak ada gunanya kita ibadah.Sesuatu yang baik tapi dimulai dengan cara yang salah maka hasilnya tidak baik, saya tidak mempermasalahkan semua PNS, Alhamdulillah kalo masuknya dengan cara yang benar, nah yang jadi soal ini "nyogoknya" ituloh. Kalaupun saya ditakdirkan nanti jadi PNS, saya akan ikut ujian dsb, maaf lewat "belakang" saya tidak minat.
        Lagian saya heran ama temen saya sendiri, dia udah ikut tes tapi bayar duit juga. Dia tau itu salah tapi tetep aja dilakuin. Apa gunanya kuliah kalo gitu? Kuliah bukan untuk dapetin gelar tapi juga bikin pinter, gak bisa ditipu gitu aja. Apa gunanya IP 3,5 itu kalo kita tetep aja dibodohin. Sewaktu dalam mobil daari kampung halaman saya ke padang, saya mendengar 2 orang ibu nomongin anaknya, salah seorang bilang kalo dia bayar 150 jt agar anaknya masuk I*D* (no offense), dia bilang kalo mereka menggunakan orang dalam buat daftar anaknya, jadi suaminya lgsung k jkt buat temui "org dlm" ini, kalo gak biayanya bisa 2 x lipat,itulah yang saya dengar. Kalo saya mah, gak bakalan deh ikut, mending uang segitu buat modal usaha sekalian.
         Menjadi seorang abdi negara memang pekerjaan yang baik, dedikasi yang tinggi dan komitmen untuk melayani masyarakat dapat membantu mempecepat reformasi birokrasi kita. Tapi kalo masuk jadi abdi negara aja udah ngasih duit, kerjanya gmana? kualitas nya juga gak terjamin, jadi jangan heran kalo kalian masuk kantor pemerintah etc mau urus surat2 penting prosesnya jadi berbelit- belit dan pungutan "seiklhasnya" di sana-sini.

Sunday, July 1, 2012

Ironi Siaran Pertelevisian Indonesia

        Bagi orang yang kelahiran 90 an ke atas pasti merasa “keanehan “ yang terjadi di pertelevisian saat ini. Sewaktu saya kecil, bangun tidur terus mandi (kayak lagu anak2) pas mau sarapan pagi kita sempatkan buat nonton tv. Biasanya skitar jam 6 sampe jam 8 hampir semua stasiun televisi menyiarkan berita dan kartun anak. Tetapi sejak saya sudah duduk di angku sekolah fenomena keanehan ini mulai terjadi. Dimulai dengan salah satu stasiun televisi menyiarkan tayangan infotainment pada pagi hari dan mendapat ratting yang tinggi kemudian stasiun tv lain latah ikut-ikutan menayangkan berita yang sama. Sekarang berita awal yang disantap oleh masyarakat Indonesia bukanlah tentang perekonomian, jalur lalu lintas, politik ataupun tentang kejadian terbaru di belahan dunia lain tetapi sudah beralih kepada rasa pengen tahu urusan orang lain dan tidak memberi manfaat kepada penontonnya. Anda bayangkan saja,  pagi-pagi  ketika Anda minum kopi dan sarapan pagi lalu Anda hidupkan televisi  dan acara pertama yang Anda tonton adalah tentang perceraian artis X dengan X, gimana perasaan Anda? Saya pribadi sampai bengong dan saya  jam saya, jarum pendeknya masih di angka 7. What? Pagi-pagi kok beritanya begituan, ini hal yang amat buruk buat saya, di pagi hari seharusnya saya memulai sesuatu dengan hal yang baik tetapi Saya sudah “teracuni”. Kalaupun tidak masalah perceraian artis, berita lain pun justru tak kalah tidak pentingnya, biasanya seputar kegiatan artis, isi mobil atau rumah, koleksi tas, sepatu cincin, demit, jenglot dan segala macam. Cabe deh, gua mah bodo amat, mau artis cerai ama siapa kek, kawin ama siapa kek, isi kamar kayak apa juga gua gak ngurus. Disangka kita babu mau tau urusan majikan.
                Saya jadi beripikir sodara sebangsa dan setanah air, apakah masyarakat kita sudah berubah menjadi masyarakat yang dulunya suka bersogip dan sekarang hobi tersebut semakin diasah jadi lebih tajam sampai orang lainpun kena dampaknya. Kemudian  kita beralih ke jam Prime Time (bener gak sih ejaannya?hehe). Mulailah ibu-ibu yang memonopoli tv, sinetron oh sinetron. Cerita yang yang tidak ada perubahan sama sekali. Sampai saat ini saya pikir gak ada yang bisa ngalahin kualitas si Doel anak Sekolahan ataupun keluarga Cemara, makin lama makin buruk. Tamat sinetron yang satu diganti sinetron yang baru. Ceritanya gitu-gitu aja, Yup Anda benar, si miskin dan si kaya, pertarungan mertua dan menantu, pemeran utamanya mati terus ada kembarannya muncul belakangan, setting lokasi yang menyedihkan, dan adegan yang menurut saya bodoh sekali. Ketika adegan pemeran utama terbaring di rumah sakit, kemudian dialog dimulai:

Cewe: “Ibu dimana aku?”
Ibu    : “ Dirumah sakit nak, Alhamdulillah kamu sadar nak, udah 2 hari kamu gak sadarkan diri.”
Cewe: “Bang Toyib dimana bu?’
Ibu : “ Dia udah meninggal nak.” (sambil mengangis)
Cewek : “Apa!!! (pemeran di zoom), tidaakk!!!, Aku harus pergi bu, Aku mau temui bang Toyib.” (cuss..selang infus dicabut)
Ibu : “ jangan nak, ikhlaskan kepergiaanya.”

         Tuh kan, Ada gak yang mau begitu?Kalo selang infus dicabut sama aja kita cari mati,, Terus kalo ada peran polisi, perawat atau dokter di sinetron kelihatan bodo banget. Masak iya polisi mau aja dibego-begoin sama peran antagonis, si penjahat nyamar jadi perawat yang lain malah gak sadar. Kalian jadi perawat dirumah sakit masak gak tau mana perawat mana yang bukan. Ada lagi sinetron pake naga terbang, entah apa urusannya itu naga ama ular di sana, mana pake komputer jaman tarzan kali ya, kasar banget. Heloo, itu film Godzilla, Jurrasic Park atau Armageddon tahun berapa pak?? Teknologi masih belum secanggih sekarang, visual effectnya  juara tuuh. Masak gak bisa bikin kayak begitu. 2012 getoloh.

            Pas ada acara bermutu, jam tayangnya malah gak pas atau gak tiap hari. Talk Indonesia dan Indonesia now yang dibawa Dalton Tanonaka tayang tiap Sabtu dan Minggu jam 06.30 atau 01.00 dini hari. Mungkin Metro TV atau TV One yang konsisten menayangkan berita dan acara bersifat edukatif, tapi ini tidak sebanding dengan siaran infotaiment yang tayang 3 x 1 hari kayak obat, dan sinteron beratus-ratus episode setiap hari  dan menjadi misteri tersendiri kapan dan seperti apa endingnya. Mudah-mudahan pertelevsian Indonesia lebih memihak kepada kebutuhan masyarakat dengan menayangkan berita bersifak edukatif dan menghibur dan tidak berorientasi kepada ratting, karena ratting itu tidak selalu baik, sama seperti narkoba. Pihak stasiun tv atau sutradara sinetron dan infotaiment tahu bahwa acara mereka tidak member manfaat, tapi karena penontonnya tinggi tetap aja disiarkan, dan masyarakat tahu bahwa yang mereka tonton itu tidak baik dan tidak masuk akal, tapi karena udah “kecanduan’ tetap aja ditonton.. Ya Allah tolong sadarkan mereka semua.

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Disqus for Deki Surmayanto

Featured Posts Coolbthemes